II. TERAPI
HUMANISTIK-EKSISTENSIAL
Tokoh dari humanistik eksistensial
adalah Abraham Maslow yang terkenal dengan teori aktualisasi diri. Selain itu,
ada tokoh lain dari humanistik eksistensial yaitu Carl Rogers yang dikenal
dengan metode terapi yang dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada
klien (Client-Centered Therapy). Dasar dari terapi humanistik
eksistensial adalah penekanan keunikan setiap individu serta memusatkan
perhatian pada kecenderungan alami dalam pertumbuhan dan perwujudan dirinya. Teori
humanistik eksistensial berfokus pada diri manusia. Pendekatan humanistik
eksistensial merupakan suatu pendekatan yang berusaha mengembalikan pribadi
kepada fokus sentral, yakni memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya
yang tertinggi.
A.
Konsep
Utama Terapi Humanistik-Eksistensial :
1. Kesadaran Diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk
menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang
memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri
seorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu.
Kesadaran untuk memilih alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas
didalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab. Para ekstensialis
menekan manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.
2. Kebebasan, tanggung jawab, dan
kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan
tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia.
Kecemasan ekstensial bisa diakibatkan atas keterbatasannya dan atas kemungkinan
yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing). Kesadaran atas kematian memiliki
arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesasaran tersebut
menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas
untuk mengaktualkan potensi-potensinya. Dosa ekstensial yang juga merupakan
bagian kondisi manusia. Adalah akibat dari kegagalan individu untuk benar-benar
menjadi sesuatu sesuai dengan kemampuannya.
3. Penciptaan Makna
Manusia itu unik dalam arti bahwa ia
berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan
memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi
kesendirian (manusia lahir sendirian dan mati sendirian pula). Walaupun pada
hakikatnya sendirian, manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan
sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk rasional.
Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi
isolasi dipersonalisasi, alineasi, keterasingan, dan kesepian. Manusia juga
berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi-potensi
manusiawinya. Sampai tarap tertentu, jika tidak mampu mengaktualkan diri, ia
bisa menajdi “sakit”.
B.
Fungsi dan
Peran Terapis :
Tugas utama dari seorang terapis
adalah berusaha memahami keberadaan klien dalam dunia yang dimilikinya. Tugas
terapis diantaranya adalah membantu klien agar menyadari keberadaannya dalam
dunia "ini adalah saat ketika pasien melihat dirinya sebagai orang yang
terancam, yang hadir di dunia yang mengancamnya dan sebagai subyek yang
memiliki dunia". Peran terapis sebagai "spesialis mata ketimbang
sebagai pelukis", yang bertugas memperluas dan memperlebar lapangan visual
pasien.
C.
Tujuan-tujuan
Terapeutik :
- Agar klien menyadari
keberadaannya secara otentik dengan menjadi dasar atas keberadaan dan
potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak
berdasarkan kemampuannya.
- Meluaskan kesadaran diri klien
dan meningkatkan kesanggupan terhadap pilihannya, yakni menjadi bebas dan
bertanggung jawab atas arah hidupnya.
- Membantu klien agar mampu
menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri dan menerima
kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedar korban kekuatan-kekuatan
deterministik diluar dirinya.
D.
Teknik
Terapi Humanistik Eksistensial :
Teori humanistik eksistensial tidak
memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur
konseling bisa dipungut dari beberapa teori konseling lainnya, seperti teori
Gestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah menyadarkan
konseling bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila
ia bisa memaknainya.
E.
Tahap-tahap
Pelaksanaan Terapi Humanistik Eksistensial :
Pendekatan ini bisa menggunakan
beberapa teknik dan konsep psikoanalitik dan juga bisa menggunakan teknik
kognitif-behavioral. Metode ini berasal dari Gestalt dan analisis
transaksional. Terdapat tiga tahap yang dapat dilakukan oleh terapis dalam
terapi humaniatik eksistesial, antara lain:
- Tahap pendahuluan
Konselor
mambantu klien dalam mengidentifikasi dan mnegklarifikasi asumsi mereka
terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka
diterima. Konselor mengajarkan mereka bercemin pada eksistensial mereka dan
meneliti peran mereka dalam hal penciptaan masalah dalam kehidupan mereka.
- Tahap pertengahan
Klien didorong
agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas dan sistem
mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi
nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap
pantas.
- Tahap akhir
Berfokus untuk
bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien
didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien
biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupannya yang
memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri dipandang alat
untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta bertanggungjawab atas
penggunaan kebebasan pribadinya.
Sumber :
Corey Gerald, 2009, Teori
dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung: PT Refika Aditama
Lubis, Lumongga Namora. (2011).
Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar