A.
Perbedaan
antara Psikoterapi dan Konseling
Psikoterapi dan komseling sekilas mempunyai
kesamaan, namun sebenarnya psikoterapi dan konseling mempunyai perbedaan. Hal
tersebut dikemukakan oleh beberapa tokoh dibawah ini:
Perbedaan pertama dikutip dari uraian Brammer &
Shostrom (Gunarsa, Singgih. D, 1996) yang mengemukakan bahwa :
1.
Konseling ditandai oleh
adanya terminology seperti: “educational,
vocational, supportive, situational, problem solving, conscious awareness,
normal, present-time, dan short-term”.
2.
Sedangkan psikoterapi
ditandai oleh: “supportive (dalam keadaan
krisis), reconstructive, depthemphasis, analytical, focus on the past neurotics
and other severe emotional problems and longterm.”
Perbedaan
kedua disimpulkan oleh Pallone dan Patterson yang dikutip oleh Thompson dan
Rudolph (Gunarsa, Singgih. D, 1996) sebagai berikut :
Konseling
untuk
|
Psikoterapi
untuk
|
Klien
|
Pasien
|
Gangguan
yang kurang serius
|
Gangguan yang
serius
|
Masalah:
(Jabatan, pendidikan, dll)
|
Masalah
kepribadian dan pengambilan keputusan
|
Berhubungan
dengan pencegahan
|
Berhubungan
dengan penyembuhan
|
Lingkungan
pendidikan dan non medis
|
Lingkungan
medis
|
Berhubungan
dengan kesadaran
|
Berhubungan
dengan ketidaksadaran
|
Metode
pendidikan
|
Metode
penyembuhan
|
B. Bentuk-bentuk
utama dari terapi
Dalam psikoterapi hal yang paling umum dimengerti adalah
kata terapi. Adapun Terapi atau pengobatan, adalah remediasi masalah
kesehatan, biasanya mengikuti diagnosis. Orang yang melakukan terapi disebut
sebagai terapis. Dalam bidang medis, kata terapi sinonim dengan kata
pengobatan. Untuk lebih memperjelas seperti apa terapi tersebut, maka dibawah
ini akan dibahas mengenai bentuk-bentuk utama dari terapi (Markam,
S.L.S., Sumarmo, 2007), yaitu :
1. Psikoterapi
suportif bertujuan untuk memperkuat perilaku penyesuaian diri klien yang sudah
baik, memberi dukungan psikologis dan menghindari diri dari usaha untuk
menggali apa yang ada dalam alam bawah sadar klien. Alasan penghindaran karena
kalau akan “dibongkar” ketidaksadarannya, klien ini mungkin akan menjadi lebih
parah dalam penyesuaian dirinya. Psikoterapi suportif biasanya dilakukan untuk
memberikan dukungan pada klien untuk tetap bertahan menghadapi kesulitannya.
2. Psikoterapi
reedukatif bertujuan untuk mengubah pikiran atau perasaan klien agar ia dapat
berfungsi lebih efektif. Terapis mengajak klien atau pasien untuk mengkaji
ulang keyakinan kilen, mendidik kembali agar ia dapat menyesuaikan diri lebih
baik setelah mempunyai pemahaman yang baru atas persoalannya. Terapis tidak
hanya membatasi diri membahas kesadaran saja, namun juga tidak terlalu menggali
ketidaksadaran. Psikoterapi jenis reedukatif ini biasanya yang terjadi dalam
konseling.
3. Psikoterapi rekonstruktif bertujuan
untuk mengubah seluruh kepribadian pasien/klien, dengan menggali ketidaksadaran
klien, menganalisis mekanisme defensif yang patologis, member pemahaman akan
adanya proses-proses tak sadar dan seterusnya. Psikoterapi jenis ini berkaitan
dengan pendekatan psikoanalisis dan biasanya berlangsung intensif dalam waktu yang
sangat lama.
Sumber:
Gunarsa, Singgih D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : BPK
Gunung Mulia
Markam, S.L.S., Sumarmo. (2007).
Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia