Minggu, 15 November 2015

SISTEM INFORMASI


ELEMEN-ELEMEN SISTEM


Menurut Agustina, Yudiastuti, Fatmasari, Andryan, dan Tujni (2013) Sistem mempunyai elemen-elemen dasar yang terdiri dari elemen input, elemen proses, maupun elemen output.  Sumber daya input diubah menjadi sumber daya output. Sumber daya tersebut mengalir dimulai dari elemen input, melalui elemen proses/transformasi/pengolahan, lalu ke elemen output. Suatu mekanisme pengendalian memantau proses transformasi untuk meyakinkan bahwa sistem tersebut memenuhi tujuannya.



Agustina, Yudiastuti, Fatmasari, Andryan, dan Tujni (2013) juga mengatakan bahwa Mekanisme pengendalian dihubungkan pada arus sumber daya dengan memakai suatu lingkaran umpan balik (feedback loop) yang mendapatkan informasi dari output sistem dan menyediakan informasi bagi mekanisme pengendalian. Mekanisme pengendalian membandingkan sinyal-sinyal umpan balik dengan tujuan, dan mengarahkan sinyal pada elemen input jika sistem operasi memang perlu diubah. Jika elemen-elemen sistem menggambarkan suatu perusahaan manufaktur, sumber daya input adalah bahan mentah, yang diubah menjadi barang jadi atau jasa melalui proses manufaktur. Mekanisme pengendaliannya adalah manajemen perusahaan, tujuannya adalah sasaran-sasaran yang ingin dicapai perusahaan, dan lingkaran umpan baliknya adalah arus informasi kepada manajemen maupun dari manajemen.



SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER (CBIS)

Sistem informasi berbasis komputer atau computer based information system (CBIS)  merupakan sistem pengolahan suatu data menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dapat dipergunakan sebagai alat bantu yang mendukung pengambilan keputusan, koordinasi dan kendali serta visualisasi dan analisis. Menurut Goel (2010) komponen CBIS terdiri dari :

1. Hardware
Perangkat komputer seperti keyboard, monitor, processor, dan printer, digunakan untuk menampilkan input, proses, dan aktivitas output.

2.Software
Program komputer yang memerintahkan operasi komputer.

3.Database
Sekumpulan koleksi data yang terdiri dari dua atau lebih data yang saling berhubungan.

4.People
Yang bekerja dengan computer based information system. Orang adalah elemen yang paling penting dalam computer based information system.

5.Procedures
Strategi, kebijakan, metode, dan aturan untuk menggunakan computer based information system.

6.Telecommunication, network, and internet
Telecommunication dan network digunakan untuk menghubungkan komputer dan perangkat komputer di gedung, kota, daerah, atau sebrang dunia untuk memungkinkan terjadinya komunikasi elektronik. Internet adalah jaringan komputer terbesar di dunia, yang merupakan interkoneksi jaringan.


EVOLUSI CBIS (computer based information system)

1.      SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (EDP)
Wahyono & Pujiatmoko (2008) berpendapat bahwa sistem Informasi akuntansi adalah kumpulan dari sumber daya, baik manusia, peralatan, dan teknologi yang dirancang dan digunakan untuk mengubah data-data ekonomi ke dalam informasi yang bermanfaat bagi penggunanya.

2.     SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Sistem informasi manajemen menurut McLeod & Schell (2008) adalah suatu sistem berbasis komputer yang membuat informasi (yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi) tersedia bagi para pengguna yang memiliki kebutuhan serupa. 

3.     SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN
Menurut Bonczek, dkk (dalam Nofriansyah, 2014) sistem pendukung keputusan adalah sistem berbasis komputer yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi, sistem bahasa (mekanisme untuk memberikan komunikasi antar pengguna dan komponen sistem pendukung keputusan lain), sistem pengetahuan (respositori pengetahuan domain maslaah yang ada pada sistem pendukung keputusan atau sebagai data atau sebagai prosedur), dan sistem pemrosesan maslaah (hubungan antara dua komponen lainnya, terdiri dari satu atau lebih kapabilitas manipulasi masalah umum yang diperlukan untuk pengambilan keputusan).

4.     OTOMATISASI KANTOR
Otomatisasi kantor menurut Schell & McLeod (2008) adalah penerapan otomatisasi, seperti teknologi komputer, pada pekerjaan kantor seperti email, penanggalan elektronik, konferensi video, dan desktop publishing. Otomatisasi kantor meliputi seluruh sistem elektronik formal maupun informal yang terutama berhubungan dengan komunikasi informasi ke dan dari orang-orang di dalam maupun di luar perusahaan.

5.     SISTEM PAKAR
Menurut Kusrini (2008) sistem pakar adalah aplikasi berbasis komputer yang digunakan untuk menyelesaikan masalah sebagaimana yang dipikirkan oleh pakar. Pakar yang dimaksud disini adalah orang yang mempunyai keahlian khusus yang dapat menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh orang awam. Sistem pakar memecahkan masalah yang biasanya hanya bisa dipecahkan oleh seorang pakar, dipandang berhasil ketika mampu mengambil keputusan seperti yang dilakukan oleh pakar aslinya baik dari sisi proses pengambilan keputusannya maupun hasil keputusan yang diperoleh. 


Daftar Pustaka:

Agustina, M., Yudiastuti, H., Fatmasari, Andryani, R., Tujni, B. (2013). Sistem Informasi 1: panduan pemebelajaran system informasi di perguruan tinggi. Palembang: Universitas Bina Darma

Goel, A. (2010). Computer fundamentals. India : Pearson

Kusrini. (2008). Aplikasi sistem pakar menentukan factor kepastian pengguna dengan metode kuantifikasi pertanyaan.  Yogyakarta : ANDI

Nofriansyah, D. (2014). Konsep data mining vs sistem pendukung keputusan. Sleman : Deepublish

Schell, G. P., & McLeod, R. (2008). Sistem informasi manajemen edisi 10. Jakarta : Penerbit Salemba Empat

Stair, R. M., & Reynolds, G. W. (2014). Principle of information systems twelfth edition. Boston : Cengage Learning

Wahyono, T., & Pujiatmoko, L. (2008). Pengembangan aplikasi akuntansi berbasis microsoft visual basic.net. Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Sabtu, 17 Oktober 2015

Sistem Informasi Psikologi



Sistem Informasi Psikologi
      1.    Pengertian Sistem
            Menurut Jogiyanto (2005) sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Sedangkan menurut Hanif Al Fatta (2007) sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau variabel-variabel yang saling terorganisasi, saling berinteraksi, dan saling bergantung sama lain.
            Sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan kompleks. Pengertian tersebut mencerminkan adanya beberapa bagan dan hubungan antar bagian, ini menunjukkan kompleksitas dari sistem yang meliputi kerja sama antara bagian yang interdependen satu sama lain. Selain itu, dapat dilihat bahwa sistem berusaha mencapai tujuan. Pencapaian tujuan ini menyebabkan timbulnya dinamika, perubahan yang terus-menerus perlu dikembangkan dan dikendalikan. Definisi tersebut menunjukkan bahwa sistem sebagai gugus dari elemen-elemen yang saling berinteraksi secara teratur dalam rangka mencapai tujuan atau sub tujuan. ( Prof.Dr.Ir. Marimin,M.Sc dkk., 2006)
Dari beberapa pengertian tersebut didapati bahwa system merupakan Suatu jaringan kerja yang saling terorganisasi dan berinteraksi satu sama lain yang berusaha dalam mencapai suatu tujuan.
      2.   Pengertian Informasi
            Informasi menurut Kadir (2009) adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang.
            Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya. Informasi terdiri atas data yang telah diambil kembali, diolah atau sebaliknya digunakan untuk tujuan informative, kesimpulan, argumentasi atau sebagai dasar untuk peramalan atau pengembalian keputusan. Data diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau saat mendatang. (Jogiyanto, 2005).
            Selain itu Amsyah (2005) mengatakan informasi adalah data yang sudah diolah ke dalam bentuk tertentu sesuai dengan keperluan pemakaian informasi tersebut. Kemudian menurut Kursini & Laudon (dalam Gaol, 2008) informasi adalah data yang sudah dibentuk ke dalam sebuah formulir bentuk yang bermanfaat dan dapat digunakan untuk manusia.
            Dari beberapa pengertian informasi menurut beberapa tokoh diatas didapati kesimpulan bahwa informasi merupakan data yang diolah menjadi data berguna bagi penerimanya untuk suatu keperluan dalam pemakaian informasi tersebut.
      3.    Pengertian Psikologi
            Menurut Arief Budiman (2006) psikologi ialah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, khususnya dari segi kejiwaannya. Sedangkan menurut Widjono (2007) psikologi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu, maka psikologi iyalah ilmu jiwa. Selain itu, menurut Carole Wade & Carol Tavris (2007) psikologi dapat didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang berfokus pada perilaku dan berbagai proses mental ini dipengaruhi oleh kondisi mental organisme dan lingkungan eksternal.
            Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa psikologi merupakan ilmu yang mempelajari jiwa, perilaku, dan proses mental pada manusia.

Pengertian Sistem Informasi Psikologi
            Dari beberapa uraian mengenai pengertian system, informasi, dan psikologi maka kita dapat menyimpulkan bahwa system informasi psikologi merupakan suatu kumpulan jaringan yang terorganisasi dan saling berinteraksi untuk mendapatkan data-data yang berguna mengenai perilaku maupun proses mental yang terjadi pada diri manusia.

DAFTAR PUSTAKA:
Amsyah, Z. (2005). Manajemen Sistem Informasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. (Google Book)
Budiman, A. (2006) Kebebasan, negara pembangunan. Jakarta: Alfabet
Fatta, H.A. (2007). Analisis & Perancangan Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi. (GoogleBook)
Jogiyanto, H. (2005). Analisis & Desain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. AndiYogyakarta.
Kadir, A. (2009). Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.
Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc, dkk.. (2006). Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia.  Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. 
Widjono. (2007). Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
Wade, C & Tavris, C. (2007). Psikologi, Edisi kesembilan. Jakarta: Erlangga
 

Sabtu, 30 Mei 2015

TERAPI KELOMPOK

A.    PENGERTIAN TERAPI KELOMPOK
Terapi Kelompok adalah salah satu metode Pekerjaan sosial yang menggunakan kelornpok sebagai rnedia dalam proses pertolongan profesionalnya. Dalam literature Pekerjaan Sosial metode ini sering disebut sebagai group work atau group theraphy. Praktik Pekerjaan Sosial dalam kelompok bukanlah fenomena baru. Di Amerika, misalnya, metode ini telah diterapkan lebih dari setengah abad yang lalu. Pada saat itu para Pekerja sosial meyakini bahwa intervensi Pekeriaan sosial yang berbasis pada kelornpok sangat efektif dan efisien dalam memecahkan masalah individu maupun masalah soslal.

B.     TUJUAN TERAPI KELOMPOK
Menurut Hartforcl dan Alissi metode Terapi Kelompok digunakan untuk memelihara atau memperbaki fungsi personal dan sosial para anggota kelompok dalam beragam tujuan, yakni:
(1) tujuan korektif,
(2) tujuan preventif,
(3) tujuan pertumbuhan sosial norma,
(4) tujuan peningkatan personal,
(5) tujuan peningkatan partisipasi dari tanggung jawab masyarakat (suharto, 1997).

Menurut Gisela Konofka, tujuan Terapi Kelompok adalah:
(1) indlvidualisasi,
(2) mengembangkan rasa memiliki (sense of belonging),
(3) mengembangkan kemampuan dasar untuk berpartisipasi,
(4) meningkatkan kemampuan untuk memberikan kontribusi pada keputusan-keputusan melalui pemikiran rasional dan penjelasan kelompok,
(5) meningkatkan respek terhadap keberbedaan orang !aln, dan
(6) mengembangkan iklim social yang hangat dan penuh penerimaan (Suharto, 1997).

C.    JENIS-JENIS KELOMPOK
Dalam kaitannya dengan Terapi Kelompok, terdapat beberapa jenis kelompok yang sering digunakan sebagai media pertolongan Pekerjaan Sosial (Zastrow, 1999), yaltu:
1.      Kelompok Percakapan Sosial (Social Conversation Group)
Kelompok ini merupakan tipe yang paling terbuka dan informa. Tidak memiliki rencana kegiatan yang dirumuskan secara jelas dan formal, jika topik-topik kegiatan dirasa membosankan maka setiap anggota berhak rnengusulkan untuk menggantinya dengan yang lebih rnenarik. Kelompok ini sering digunakan sebagai sarana pengujian untuk m enentukan seberapa dalam relasl dapat dlkembangkan terhadap orang orang yang tidak mengenal satu sama lain.
2.      Kelompok Rekreasi (Recreation Group)
Tujuan kelompok ini adalah untuk menyelenggarakan kegiatan rekreatif atau latihan olah raga. Seringkali kegiatannya bersifat spontan dan umurnnya kelompok ini tidak memiliki pemimpin formal. Dasar pemikiran dibentuknya kelompok ini adalah suatu keyakinan bahwasanya kegiatan rekreasi dan interaksi yang terjadi dalam kelompok ini dapat membantu membangun karakter yang dapat rnencegah perilaku-perilaku maladaptif.
3.      Kelompok Keterampilan Rekreasi (Recreation Skill Group)
Selain tujuan kelompok ini untuk menyelenggarakan kegiatan rekreatif, juga untuk meningkatkan keterampilan tertentu diantara para anggotanya. Berbeda dengan kelompok rekreasi, kelompok ini memiliki penasihat, pelatih atau instruktur serta memiliki orientasi tugas yang lebih jelas.
4.      Kelompok Pendidikan (Educational Group)
Fokus kelompok ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. Pimpinan kelompok ini biasanya berasal dari seorang profesional yang menguasai keahlian tertentu. Pimpinan tersebut berfungsi seperti halnya seorang pengajar/guru dan umumnya adalah seorang Pekerja Sosial.
5.      Kelompok Pemecahan Masalah dan Pembuatan Keputusan (Problem solving and Decision-Making Group)
Kelompok ini melibatkan klien/penerima pelayanan dan para petugas pemberi pelayanan di suatu lembaga kesejahteraan social. Bagi klien, tujuan bergabungnya dengan keompok ini adalah untuk menemukan pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan untuk menemukan sumber-sumber baru dalam memenuhl kebutuhan baru.
6.      Kelompok Mandiri (self-help Groups)
Kelompok mandiri kini sernakin populer di kalangan Pekerja Sosial karena sering kali berhasil menjadi sarana pertolongan lndividu-indvidu yang mengalami masalah.
7.      Kelompok Sosialisasi (Socialization Group)
Tujuan dibentuknya kelompok ini adalah untuk mengembangkan atau merubah sikap-sikap dan perilaku para anggota kelompok agar lebih dapat  diterima secara social. Kelompok sosialisasi biasanva memfokuskan pada pengembangan keterampilan sosial, peningkatan kepercayaan diri, dan perencanaan masa depan.
8.      Kelompok Penyembuhan (Therapeutic Group)
kelompok terapi umumnya beranggotakan orang orang yang mengalami masalah personal dan emosional yang berat atau serius. Pemimpin  kelompok ini di tuntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang handal mengenai tingkah laku manusia dan dinamika kelompok, konseling kelompok, penggunaan kelompok sebagai sarana pengubahan tingkah laku.
9.      Kelompok Sensitivitas (Sensitivity Group)
Kelompok ini dikenal pula dengan nama kelompok pertemuan (encounter group) atau kelompok pelatihan (training group). Dalam kelompok ini setlap anggota berinteraksi satu sama lain secara mendalam dan saling mengungkapkan masalahnya sendiri secara terbuka.

D.    TERBENTUKNYA KELOMPOK
Garland, Jones, dan Kolodny mengembankan suatu model terbentuknya kelompok. Menurutnya kelompok terbentuk melalui 5 tahap, yaitu:
1.      Tahap Pra Affiliasi (Preafililation)
2.      Tahap Kekuasaan dan Kontrol (Power and Control)
3.      Keintiman (intimacy)
4.      Perbedaan (Differentiation)
5.      Pemisahan (Separation)


E.     PROSES TERAPI KELOMPOK
Proses perencanaan dan pengimplementasian metode Terapiu Kelompok tidaklah terlalu berbeda dengan tahap-tahap praktik Pekerjaan Sosial pada umumnya. Zastrow (1999: 150 151), mendiskusikan tahap-tahap dalam melakukan Terapi Kelompok:
1.      Tahap lntake
Tahap ini ditandai oleh adanya pengakuan mengenai rnasalah spesifik yang mungkin tepat dipecahkan melalui pendekatan kelompok.
2.      Tahap Assesmen dan Perencanaan Intervensi
Pemimpin kelompok bersama dengan anggota kelompok mengidentifikasi permasalahan, tujuan-tujuan kelompok serta merancang rencana tindakan pemecahan masalah.
3.      Tahap Penyeleksian Anggota
Penyeleksian anggota harus dilakukan terhadap orang-orang yang paling mungkin mendapatkan manfaat dari struktur kelompok dan keterlibatannya dalam kelompok.
4.      Tahap Pengembangan Kelompok
Norma-norma, harapan-harapan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan kelompok akan muncul pada tahap ini, dan akan mempengaruhi serta dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas serta relasi-relasi yang berkembang dalam kelompok.
5.      Tahap Evaluasi dan Terminasi
Evaluasi dapat kita artikan sebagai pengidentifikasian atau pengukiran terhadap proses dan hasil kegiatan kelompok secara menyeluruh. Selanjutnya, berdasarkan hasil evaluasi dan monitoring tersebut, dilakukanlah terminasi atau pengakhiran kelompok. Terminasi dilakukan berdasarkan pertimbangan dan alasan sebagai berikut (1) Tujuan Individu maupun kelompok telah tercapai, (2) Waktu yang ditetapkan telah berakhir, (3) Kelompok gagal mencapai tujuan-tujuannya, (4) keberlanjutan keompok dapat membahayakan satu atau lebih anggota kelompok.

Sumber:
http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/38/jbptunpaspp-gdl-edisuharto-1871-2-pekerjaa-2.pdf

Rabu, 29 April 2015

LOGOTERAPI


IV. LOGOTERAPI


A.    Pendahuluan
Viktor Emil Frankl merupakan tokoh dari logoterapi. Ia menekankan pentingnya kemauan akan arti manusia harus dapat menemukan makna hidupnya sendiri kemudian manusia harus mencoba untuk memenuhinya. Menurut Frank, kehidupan mempunyai makna dan harus dijalani. Prinsip utama dari logoterapi ini adalah mencari makna dalam hidup. Sedangkan konsep dasar logoterapi adalah kebebasan, berkeinginan, keinginan akan makna, dan makna hidup.
Logoterapi mempunyai arti, yaitu kata logo (bahasa Yunani = lohos), yang berarti makna dan juga rohani. Sedangkan terapi (bahasa Inggris = therapy) yang memiliki arti penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit. Jadi dapat disimpulkan bahwa logoterapi adalah penggunaan teknik-teknik menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui penemuan makna hidup.

B.     Tujuan logoterapi
Logoterapi bertujuan agar pasien dapat menemukan makna hidup dari kehidupannya sehingga bisa terbebas dari masalah-masalah. Secara rinci, tujuan logoterapi adalah sebagai berikut :
  1. Memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang ada pada setiap orang tanpa dipengaruhi ras, keyakinan, dan agama.
  2. Menyadari sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat, diabaikan, dan terlupakan.
  3. Memanfaatkan daya tersebut untuk bangkit dari penderitaan untuk mampu menemukan makna dan menghadapi berbagai rintangan di kehidupan setelahnya.

C.    Peran terapis
Terapis harus mampu mengalami secara subjektif persepsi tentang dunianya. Dia juga harus aktif dalam proses terapeutik untuk memutuskan ketakutan-ketakutan, perasaan-perasaan berdosa dan kecemasan-kecemasan. Terapis terlibat dalam pembukaan pintu diri sendiri maksudnya adalah terapis mampu melepaskan pemikiran, masalah yang membuat pasien merasa tidak bebas secara psikologis. Dengan begitu, pasien akan lebih sadar tentang siapa dirinya dan apa yang harus dia lakukan di masa depannya.


D.    Teknik Terapi
  1. Teknik Intensi Pradoksal
Teknik ini mampu menyelesaikan kecemasan yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan hipertensi. Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti. Dengan kata lain, jika takut akan sesuatu, ketakutan itu harus dihadapi. Contohnya insomnia, seseorang yang insomnia tidak seharusnya berbaring di tempat tidur, tetapi justru harus berusaha untuk tidak tidur selama mungkin, setelah itu baru ada sesuatu yang mendorong seseorang yang insomnia untuk tidur.
  1. Teknik De-Refleksi
Teknik ini mempecayai bahwa persoalan kejiwaan berawal dari perhatian yang terlalu terfokus pada diri sendiri. Dengan cara mengalihkan perhatian pada orang lain, maka persoalan dalam diri sendiri akan hilang. Contohnya ketika seseorang merasa tidak puas secara seksual dengan pasangannya, maka yang harus dilakukan adalah memuaskan pasangannya tanpa memperdulikan kepuasan diri sendiri, maka persoalan di dirinya akan terselesaikan.

E.     Tahap-tahap terapi
Ada empat tahap utama didalam proses konseling logterapi diantaranya adalah:
1. Tahap perkenalan dan pembinaan rapport. pada tahap ini, terapis menciptakan suasana yang nyaman sambil melakukan pembinaan rapport yang makin lama makin membuka peluang untuk sebuah encounter. Encounter adalah penghargaan kepada sesama manusia, ketulusan hati, dan pelayanan.
2. Tahap pengungkapan dan penjajagan masalah.Terapis membuka dialog mengenai masalah yang dihadapi pasien. Dalam logoterapi, pasien sejak awal diarahkan untuk menghadapi masalah sebagai kenyataan.
3. Tahap pembahasan bersama. Terapis dan pasien bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas masalah yang dihadapi. Tujuannya untuk menemukan arti hidup meskipun hal yang menyedihkan.
4. Tahap evaluasi dan penyimpulan. Pemberian interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya, yaitu perubahan sikap dan perilaku pasien. Pada tahap-tahap ini tercakup modifikasi sikap, orientasi terhadap makna hidup, penemuan dan pemenuhan makna, dan pengurangan symptom.



Sumber :
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195901101984032-EUIS_FARIDA/makalah_logoterapi_bk_keluarga.pdf

http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/26405/Materi+10+-+TeoriKepribadianEmilFrankl.pdf