A.
PENGERTIAN TERAPI KELOMPOK
Terapi Kelompok adalah salah satu metode Pekerjaan
sosial yang menggunakan kelornpok sebagai rnedia dalam proses pertolongan
profesionalnya. Dalam literature Pekerjaan Sosial metode ini sering disebut sebagai
group work atau group theraphy. Praktik Pekerjaan Sosial dalam kelompok
bukanlah fenomena baru. Di Amerika, misalnya, metode ini telah diterapkan lebih
dari setengah abad yang lalu. Pada saat itu para Pekerja sosial meyakini bahwa
intervensi Pekeriaan sosial yang berbasis pada kelornpok sangat efektif dan
efisien dalam memecahkan masalah individu maupun masalah soslal.
B.
TUJUAN
TERAPI KELOMPOK
Menurut Hartforcl dan Alissi metode
Terapi Kelompok digunakan untuk memelihara atau memperbaki fungsi personal dan
sosial para anggota kelompok dalam beragam tujuan, yakni:
(1) tujuan korektif,
(2) tujuan preventif,
(3) tujuan pertumbuhan sosial norma,
(4) tujuan peningkatan personal,
(5) tujuan peningkatan partisipasi dari
tanggung jawab masyarakat (suharto, 1997).
Menurut Gisela Konofka, tujuan Terapi
Kelompok adalah:
(1) indlvidualisasi,
(2) mengembangkan rasa memiliki (sense
of belonging),
(3) mengembangkan kemampuan dasar untuk
berpartisipasi,
(4) meningkatkan kemampuan untuk memberikan
kontribusi pada keputusan-keputusan melalui pemikiran rasional dan penjelasan
kelompok,
(5) meningkatkan respek terhadap
keberbedaan orang !aln, dan
(6) mengembangkan iklim social yang
hangat dan penuh penerimaan (Suharto, 1997).
C.
JENIS-JENIS
KELOMPOK
Dalam kaitannya dengan Terapi Kelompok,
terdapat beberapa jenis kelompok yang sering digunakan sebagai media
pertolongan Pekerjaan Sosial (Zastrow, 1999), yaltu:
1.
Kelompok Percakapan Sosial (Social Conversation Group)
Kelompok
ini merupakan tipe yang paling terbuka dan informa. Tidak memiliki rencana
kegiatan yang dirumuskan secara jelas dan formal, jika topik-topik kegiatan
dirasa membosankan maka setiap anggota berhak rnengusulkan untuk menggantinya
dengan yang lebih rnenarik. Kelompok ini sering digunakan sebagai sarana
pengujian untuk m enentukan seberapa dalam relasl dapat dlkembangkan terhadap
orang orang yang tidak mengenal satu sama lain.
2.
Kelompok Rekreasi (Recreation Group)
Tujuan
kelompok ini adalah untuk menyelenggarakan kegiatan rekreatif atau latihan olah
raga. Seringkali kegiatannya bersifat spontan dan umurnnya kelompok ini tidak
memiliki pemimpin formal. Dasar pemikiran dibentuknya kelompok ini adalah suatu
keyakinan bahwasanya kegiatan rekreasi dan interaksi yang terjadi dalam
kelompok ini dapat membantu membangun karakter yang dapat rnencegah perilaku-perilaku
maladaptif.
3.
Kelompok Keterampilan Rekreasi (Recreation Skill Group)
Selain
tujuan kelompok ini untuk menyelenggarakan kegiatan rekreatif, juga untuk
meningkatkan keterampilan tertentu diantara para anggotanya. Berbeda dengan
kelompok rekreasi, kelompok ini memiliki penasihat, pelatih atau instruktur
serta memiliki orientasi tugas yang lebih jelas.
4.
Kelompok Pendidikan (Educational Group)
Fokus
kelompok ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan
yang lebih kompleks. Pimpinan kelompok ini biasanya berasal dari seorang
profesional yang menguasai keahlian tertentu. Pimpinan tersebut berfungsi
seperti halnya seorang pengajar/guru dan umumnya adalah seorang Pekerja Sosial.
5.
Kelompok Pemecahan Masalah dan Pembuatan
Keputusan (Problem solving and Decision-Making
Group)
Kelompok
ini melibatkan klien/penerima pelayanan dan para petugas pemberi pelayanan di
suatu lembaga kesejahteraan social. Bagi klien, tujuan bergabungnya dengan
keompok ini adalah untuk menemukan pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan
untuk menemukan sumber-sumber baru dalam memenuhl kebutuhan baru.
6.
Kelompok Mandiri (self-help Groups)
Kelompok
mandiri kini sernakin populer di kalangan Pekerja Sosial karena sering kali berhasil
menjadi sarana pertolongan lndividu-indvidu yang mengalami masalah.
7.
Kelompok Sosialisasi (Socialization Group)
Tujuan
dibentuknya kelompok ini adalah untuk mengembangkan atau merubah sikap-sikap
dan perilaku para anggota kelompok agar lebih dapat diterima secara social. Kelompok sosialisasi
biasanva memfokuskan pada pengembangan keterampilan sosial, peningkatan
kepercayaan diri, dan perencanaan masa depan.
8.
Kelompok Penyembuhan (Therapeutic Group)
kelompok
terapi umumnya beranggotakan orang orang yang mengalami masalah personal dan
emosional yang berat atau serius. Pemimpin kelompok ini di tuntut memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang handal mengenai tingkah laku manusia dan dinamika
kelompok, konseling kelompok, penggunaan kelompok sebagai sarana pengubahan
tingkah laku.
9.
Kelompok Sensitivitas (Sensitivity Group)
Kelompok
ini dikenal pula dengan nama kelompok pertemuan (encounter group) atau kelompok pelatihan (training group). Dalam kelompok ini setlap anggota berinteraksi
satu sama lain secara mendalam dan saling mengungkapkan masalahnya sendiri
secara terbuka.
D.
TERBENTUKNYA
KELOMPOK
Garland, Jones, dan Kolodny mengembankan
suatu model terbentuknya kelompok. Menurutnya kelompok terbentuk melalui 5
tahap, yaitu:
1.
Tahap Pra Affiliasi (Preafililation)
2.
Tahap Kekuasaan dan Kontrol (Power and Control)
3.
Keintiman (intimacy)
4.
Perbedaan (Differentiation)
5.
Pemisahan (Separation)
E.
PROSES
TERAPI KELOMPOK
Proses perencanaan dan
pengimplementasian metode Terapiu Kelompok tidaklah terlalu berbeda dengan
tahap-tahap praktik Pekerjaan Sosial pada umumnya. Zastrow (1999: 150 151), mendiskusikan
tahap-tahap dalam melakukan Terapi Kelompok:
1.
Tahap lntake
Tahap
ini ditandai oleh adanya pengakuan mengenai rnasalah spesifik yang mungkin
tepat dipecahkan melalui pendekatan kelompok.
2.
Tahap Assesmen dan Perencanaan
Intervensi
Pemimpin
kelompok bersama dengan anggota kelompok mengidentifikasi permasalahan,
tujuan-tujuan kelompok serta merancang rencana tindakan pemecahan masalah.
3.
Tahap Penyeleksian Anggota
Penyeleksian
anggota harus dilakukan terhadap orang-orang yang paling mungkin mendapatkan
manfaat dari struktur kelompok dan keterlibatannya dalam kelompok.
4.
Tahap Pengembangan Kelompok
Norma-norma,
harapan-harapan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan kelompok akan muncul pada tahap
ini, dan akan mempengaruhi serta dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas serta
relasi-relasi yang berkembang dalam kelompok.
5.
Tahap Evaluasi dan Terminasi
Evaluasi
dapat kita artikan sebagai pengidentifikasian atau pengukiran terhadap proses
dan hasil kegiatan kelompok secara menyeluruh. Selanjutnya, berdasarkan hasil
evaluasi dan monitoring tersebut, dilakukanlah terminasi atau pengakhiran kelompok.
Terminasi dilakukan berdasarkan pertimbangan dan alasan sebagai berikut (1) Tujuan
Individu maupun kelompok telah tercapai, (2) Waktu yang ditetapkan telah
berakhir, (3) Kelompok gagal mencapai tujuan-tujuannya, (4) keberlanjutan
keompok dapat membahayakan satu atau lebih anggota kelompok.
Sumber:
http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/38/jbptunpaspp-gdl-edisuharto-1871-2-pekerjaa-2.pdf