Sabtu, 30 Mei 2015

TERAPI KELOMPOK

A.    PENGERTIAN TERAPI KELOMPOK
Terapi Kelompok adalah salah satu metode Pekerjaan sosial yang menggunakan kelornpok sebagai rnedia dalam proses pertolongan profesionalnya. Dalam literature Pekerjaan Sosial metode ini sering disebut sebagai group work atau group theraphy. Praktik Pekerjaan Sosial dalam kelompok bukanlah fenomena baru. Di Amerika, misalnya, metode ini telah diterapkan lebih dari setengah abad yang lalu. Pada saat itu para Pekerja sosial meyakini bahwa intervensi Pekeriaan sosial yang berbasis pada kelornpok sangat efektif dan efisien dalam memecahkan masalah individu maupun masalah soslal.

B.     TUJUAN TERAPI KELOMPOK
Menurut Hartforcl dan Alissi metode Terapi Kelompok digunakan untuk memelihara atau memperbaki fungsi personal dan sosial para anggota kelompok dalam beragam tujuan, yakni:
(1) tujuan korektif,
(2) tujuan preventif,
(3) tujuan pertumbuhan sosial norma,
(4) tujuan peningkatan personal,
(5) tujuan peningkatan partisipasi dari tanggung jawab masyarakat (suharto, 1997).

Menurut Gisela Konofka, tujuan Terapi Kelompok adalah:
(1) indlvidualisasi,
(2) mengembangkan rasa memiliki (sense of belonging),
(3) mengembangkan kemampuan dasar untuk berpartisipasi,
(4) meningkatkan kemampuan untuk memberikan kontribusi pada keputusan-keputusan melalui pemikiran rasional dan penjelasan kelompok,
(5) meningkatkan respek terhadap keberbedaan orang !aln, dan
(6) mengembangkan iklim social yang hangat dan penuh penerimaan (Suharto, 1997).

C.    JENIS-JENIS KELOMPOK
Dalam kaitannya dengan Terapi Kelompok, terdapat beberapa jenis kelompok yang sering digunakan sebagai media pertolongan Pekerjaan Sosial (Zastrow, 1999), yaltu:
1.      Kelompok Percakapan Sosial (Social Conversation Group)
Kelompok ini merupakan tipe yang paling terbuka dan informa. Tidak memiliki rencana kegiatan yang dirumuskan secara jelas dan formal, jika topik-topik kegiatan dirasa membosankan maka setiap anggota berhak rnengusulkan untuk menggantinya dengan yang lebih rnenarik. Kelompok ini sering digunakan sebagai sarana pengujian untuk m enentukan seberapa dalam relasl dapat dlkembangkan terhadap orang orang yang tidak mengenal satu sama lain.
2.      Kelompok Rekreasi (Recreation Group)
Tujuan kelompok ini adalah untuk menyelenggarakan kegiatan rekreatif atau latihan olah raga. Seringkali kegiatannya bersifat spontan dan umurnnya kelompok ini tidak memiliki pemimpin formal. Dasar pemikiran dibentuknya kelompok ini adalah suatu keyakinan bahwasanya kegiatan rekreasi dan interaksi yang terjadi dalam kelompok ini dapat membantu membangun karakter yang dapat rnencegah perilaku-perilaku maladaptif.
3.      Kelompok Keterampilan Rekreasi (Recreation Skill Group)
Selain tujuan kelompok ini untuk menyelenggarakan kegiatan rekreatif, juga untuk meningkatkan keterampilan tertentu diantara para anggotanya. Berbeda dengan kelompok rekreasi, kelompok ini memiliki penasihat, pelatih atau instruktur serta memiliki orientasi tugas yang lebih jelas.
4.      Kelompok Pendidikan (Educational Group)
Fokus kelompok ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. Pimpinan kelompok ini biasanya berasal dari seorang profesional yang menguasai keahlian tertentu. Pimpinan tersebut berfungsi seperti halnya seorang pengajar/guru dan umumnya adalah seorang Pekerja Sosial.
5.      Kelompok Pemecahan Masalah dan Pembuatan Keputusan (Problem solving and Decision-Making Group)
Kelompok ini melibatkan klien/penerima pelayanan dan para petugas pemberi pelayanan di suatu lembaga kesejahteraan social. Bagi klien, tujuan bergabungnya dengan keompok ini adalah untuk menemukan pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan untuk menemukan sumber-sumber baru dalam memenuhl kebutuhan baru.
6.      Kelompok Mandiri (self-help Groups)
Kelompok mandiri kini sernakin populer di kalangan Pekerja Sosial karena sering kali berhasil menjadi sarana pertolongan lndividu-indvidu yang mengalami masalah.
7.      Kelompok Sosialisasi (Socialization Group)
Tujuan dibentuknya kelompok ini adalah untuk mengembangkan atau merubah sikap-sikap dan perilaku para anggota kelompok agar lebih dapat  diterima secara social. Kelompok sosialisasi biasanva memfokuskan pada pengembangan keterampilan sosial, peningkatan kepercayaan diri, dan perencanaan masa depan.
8.      Kelompok Penyembuhan (Therapeutic Group)
kelompok terapi umumnya beranggotakan orang orang yang mengalami masalah personal dan emosional yang berat atau serius. Pemimpin  kelompok ini di tuntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang handal mengenai tingkah laku manusia dan dinamika kelompok, konseling kelompok, penggunaan kelompok sebagai sarana pengubahan tingkah laku.
9.      Kelompok Sensitivitas (Sensitivity Group)
Kelompok ini dikenal pula dengan nama kelompok pertemuan (encounter group) atau kelompok pelatihan (training group). Dalam kelompok ini setlap anggota berinteraksi satu sama lain secara mendalam dan saling mengungkapkan masalahnya sendiri secara terbuka.

D.    TERBENTUKNYA KELOMPOK
Garland, Jones, dan Kolodny mengembankan suatu model terbentuknya kelompok. Menurutnya kelompok terbentuk melalui 5 tahap, yaitu:
1.      Tahap Pra Affiliasi (Preafililation)
2.      Tahap Kekuasaan dan Kontrol (Power and Control)
3.      Keintiman (intimacy)
4.      Perbedaan (Differentiation)
5.      Pemisahan (Separation)


E.     PROSES TERAPI KELOMPOK
Proses perencanaan dan pengimplementasian metode Terapiu Kelompok tidaklah terlalu berbeda dengan tahap-tahap praktik Pekerjaan Sosial pada umumnya. Zastrow (1999: 150 151), mendiskusikan tahap-tahap dalam melakukan Terapi Kelompok:
1.      Tahap lntake
Tahap ini ditandai oleh adanya pengakuan mengenai rnasalah spesifik yang mungkin tepat dipecahkan melalui pendekatan kelompok.
2.      Tahap Assesmen dan Perencanaan Intervensi
Pemimpin kelompok bersama dengan anggota kelompok mengidentifikasi permasalahan, tujuan-tujuan kelompok serta merancang rencana tindakan pemecahan masalah.
3.      Tahap Penyeleksian Anggota
Penyeleksian anggota harus dilakukan terhadap orang-orang yang paling mungkin mendapatkan manfaat dari struktur kelompok dan keterlibatannya dalam kelompok.
4.      Tahap Pengembangan Kelompok
Norma-norma, harapan-harapan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan kelompok akan muncul pada tahap ini, dan akan mempengaruhi serta dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas serta relasi-relasi yang berkembang dalam kelompok.
5.      Tahap Evaluasi dan Terminasi
Evaluasi dapat kita artikan sebagai pengidentifikasian atau pengukiran terhadap proses dan hasil kegiatan kelompok secara menyeluruh. Selanjutnya, berdasarkan hasil evaluasi dan monitoring tersebut, dilakukanlah terminasi atau pengakhiran kelompok. Terminasi dilakukan berdasarkan pertimbangan dan alasan sebagai berikut (1) Tujuan Individu maupun kelompok telah tercapai, (2) Waktu yang ditetapkan telah berakhir, (3) Kelompok gagal mencapai tujuan-tujuannya, (4) keberlanjutan keompok dapat membahayakan satu atau lebih anggota kelompok.

Sumber:
http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/38/jbptunpaspp-gdl-edisuharto-1871-2-pekerjaa-2.pdf