Kamis, 03 Juli 2014



GAYA RAMBUT MEMPENGARUHI PERSEPSI TERHADAP PERILAKU


Rambut adalah mahkota bagi setiap wanita. Untuk mempercantik penampilannya biasanya para wanita rela menghabiskan waktu dan materi untuk merawat ataupun menata rambut mereka. Ada berbagai jenis gaya rambut, contohnya rambut lurus, keriting, gelombang, rambut bob, rambut dengan potongan segi, potongan terap, dan masih banyak lagi model potongan rambut lainnya seiring perkembangan zaman. Salah satunya yaitu potongan rambut bondol. Potongan pendek seperti rambut  lelaki ini kini sangat diminati oleh para wanita. Selain membuat kita tidak kegerahan, cara perawatannya juga sangat mudah, potongan rambut bondol juga menjadikan mereka lebih percaya diri atau dalam bahasa sehari-harinya yaitu terlihat “keren”.

Jenis rambut bondol memang sudah ada sejak lama. Namun, dengan seiring berjalannya waktu, rambut bondol terus semakin berkembang dan diminati oleh kalangan wanita, terutama wanita yang mempunyai perilaku tomboy.

Tomboy adalah istilah yang sering diberikan untuk wanita yang bergaya mirip laki-laki, mulai dari gaya berbusana, berbicara, berdandan, bertingkah laku, sampai aktivitas keseharian yang dilakukan. Perilaku tomboy memang tidak hanya dipengaruhi dengan gaya rambut bondol, tetapi lingkungan, ataupun didikan keluarga yang dapat mempengaruhi perilaku nya untuk bersikap seperti lelaki. Contohnya, ada keluarga yang memperlakukan anak perempuannya seperti laki-laki karena memandang bahwa jadi lelaki itu jauh lebih oke dan bergengsi daripada jadi wanita, sehingga membuat si anak perempuan tersebut tidak percaya diri dengan identitasnya sebagai perempuan.
Contoh realita fenomena lain yang terjadi yaitu kehidupan seorang artis atau penyanyi dari duo grup The Virgin, yang bernama Mita. Pentolan gitaris dari grup band The Virgin ini mempunyai ciri khas penampilan yang berbeda. Ia sangat senang bergaya seperti laki-laki ataupun gaya tomboy. Kemampuannya dalam memainkan gitar sudah tidak kalah hebatnya dengan para gitaris laki-laki yang mahir memainkan gitar, hal itu lah yang membuat Mita dikagumi oleh para fans nya.


Sejak kecil, Mita sudah menjadi pelindung keluarga, karena dirumahnya tak ada sosok pria yang benar. Sampai sekarang, dia tak pernah tahu sosok pribadi yang disebut Ayah. Karena begitu lahir, mita langsung diungsikan ke Bangka, sementara ibu nya yang bernama Emmy Sofyana berada di Jakarta. Sampai suatu saat ketika ia kembali ke Jakarta lagi, ia pun menjumpai ibu nya yang sudah menikah dengan ayah adiknya (adik tiri). Namun, ternyata kehidupan ayah barunya nya tidak bagus juga, karena ayah adiknya itu pengangguran. Walaupun ada ayah barunya , mita tidak merasa ada perubahan yang terjadi dalam kehidupan keluarganya. Sehingga ketika beranjak SMA, mita pun mulai  membantu ibunya sedikit demi sedikit, mulai dari ngeband, sampai bekerja di bidang biro jasa. Latar belakang semacam itu lah yang menempatkannya seperti ini , terbentuklah fisiknya yang seperti pria dan batin yang selalu ingin melindungi orang yang dicintai dan disayangi. Karena sejak kecil dia sudah mempunyai tanggung jawab untuk melindungi mama dan kedua adiknya. Selain itu  alasan mita menjadi tomboy juga karena dia ingin seperti ibu nya, yang ternyata mempunyai penampilan sangat tomboy. Tapi dia tetap perempuan. Dia hanyalah Mita, seorang perempuan yang menjadi pelindung dan tulang punggung keluarganya. Disisi lain dia seperti perempuan lain yang mellow , cengeng , takut setan , takut cacing. Tapi,kalau menyangkut urusan hidup , dia berubah jadi Mita yang tegar.

Kehidupan para perempuan tomboy sering kali dikaitkan dengan hal-hal negatif. Banyak masyarakat yang menganggap bahwa para wanita yang bergaya tomboy kemungkinan punya perilaku lesbian, dimana mereka mempunyai perasaan suka bahkan cinta terhadap sesama wanita. Meskipun anggapan tersebut belum bisa dijadikan penyebab utama dari lesbian, namun anggapan ini didasarkan dari perilaku yang dilakukan oleh para wanita tomboy yang menjadikan diri mereka layaknya seorang laki-laki yang menyukai wanita, sehingga tak heran jika perubahan perilaku tersebut juga bisa mengubah perasaan orang tersebut.

Namun, dalam ilmu psikologi ada beberapa hal atau penyebab yang membuat seorang perempuan mempunyai perilaku ataupun bergaya tomboy, yaitu:
1. Androgini.
adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Sandra Bem, seorang psikolog Universitas Stanford pada tahun 1974. Pada tahun 1977, ia mengeluarkan sebuah inventory pengukuran gender yang diberi nama The Bem Sex Role Inventory. Berdasarkan respon dari item-item pada inventory ini, individu diklasifikasikan memiliki salah satu dari orientasi peran gender: maskulin, feminin, androgini, dan undifferentiated.
Menurutnya, individu yang feminin adalah seseorang memiliki angka yang tinggi pada sifat feminin dan memiliki angka rendah dari sifat maskulin, individu yang maskulin adalah seseorang yang memiliki angka yang tinggi pada sifat maskulin dan memiliki angka yang rendah pada sifat feminin. Individu androgini adalah laki-laki atau perempuan yang memiliki angka tinggi pada sifat maskulin dan feminin. Individu undifferentiated memiliki angka yang rendah pada sifat maskulin dan femininnya.
Androgini berasal dari bahasa Yunani yang artinya “andros-” berarti laki-laki dan “gynĂ© -“ berarti perempuan. Androgini adalah istilah dalam identitas gender dimana seseorang tidak termasuk dengan jelas ke dalam peran maskulin dan feminin yang ada di masyarakat. Banyak androgini yang diidentifikasi berada di antara laki-laki dan perempuan dan juga disebut tidak memiliki gender.


2. Lesbian

Seperti yang dibahas sebelumnya, perempuan tomboy juga cenderung menjadi lesbian. Pengertian lesbian adalah perempuan yang secara psikologis, emosi dan seksual tertarik kepada perempuan lain. Seorang lesbian tidak memiliki hasrat terhadap gender yang berbeda/ laki-laki, akan tetapi seorang lesbian hanya tertarik kepada gender yang sama/perempuan. Mereka berpendapat bahwa istilah lesbian menyatakan komponen emosional dalam suatu relationship, sedangkan istilah homoseksual lebih fokus kepada seksualitas. Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan atau disebut juga perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional atau secara spiritual (Matlin, 2004).
Gay atau lesbian memiliki minat erotis pada anggota gender mereka sendiri, tetapi identitas gender mereka (perasaan menjadi pria atau wanita) konsisten dengan anatomi seks mereka sendiri. Mereka tidak memiliki hasrat untuk menjadi anggota gender yang berlawanan atau merasa jijik pada alat genital mereka, seperti yang dapat kita temukan pada orang-orang dengan gangguan identitas gender. Jadi, lesbian itu bukan merupakan gangguan identitas gender, akan tetapi orientasi seksual mereka yang menyimpang.

3. Konformitas dan Non-Konformitas
Psikologi Sosial merupakan ilmu untuk mempelajari tingkah laku manusia yang ditinjau dari konteks sosial. Dalam ilmu Psikologi sosial ada pengertian mengenai konformitas, yaitu kesesuaian, kecocokan, keselarasan, dan persesuaian. Konformitas dapat kita artikan sebagai perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat, dan mengikuti cara yang terlembagakan dalam masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut. Namun dalam hal ini, perilaku tomboy merupakan perilaku non-konformitas. Dalam kehidupan bermasyarakat, banyak terdapat norma-norma sosial yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat yang hidup dalam lingkungan tersebut, termasuk norma sosial yang diterapkan untuk anak perempuan. Namun perempuan tomboy menolak untuk patuh terhadap norma sosial yang berlaku untuk perempuan, dengan berperilaku dan berpenampilan seperti laki-laki. Tidak jarang mereka mendapat pandangan negatif atas perilaku non-konformitas mereka ini.

4. Pengaruh Keluarga dan Lingkungan
Keluarga sangat berperan penting dalam membangun karakter kepribadian seorang anak. Apabila dalam sebuah keluarga terjadi sebuah masalah, pasti akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Selain itu, penolakan orang tua terhadap kehadiran seorang anak yang tidak sesuai dengan keinginan (seorang ayah yang menginginkan anak laki-laki, namun justru yang lahir adalah anak perempuan) juga akan membuat anak tidak percaya diri. Sedangkan pengaruh lingkungan, banyak fakta yang mengatakan lingkungan mempengarui 95% perilaku dan tingkahlaku seseorang. Misal saja, lingkungan itu terdiri dari 10 cowok-cowok yang kepribadian cowok tulen yang hoby sepak bola tentunya jika ada 2 atau 1 cewek di lingkungan situ akan mengikuti para cowok bermain sepak bola dengan segala atributnya. Gaya penampilan cewek tersebut juga lambat laun akan mengikuti gaya penambilan cowok, dari cara berbicara, berpakaian, berjalan dan bahkan kehidupan seksualnya.
Keterkaitan teori psikologi dengan fenomena yang Mita alami sangatlah berhubungan. Perilaku tomboy yang ia tunjukan saat ini merupakan bentuk pertahanan dirinya terhadap masa lalu. Kasih sayang dari sosok seorang ayah yang tidak pernah ia dapat kan, justru membuat dirinya seakan-akan menjadi sosok seorang ayah yang mampu melindungi ibu dan kedua adiknya. Perilaku dan gaya tomboy yang Mita tampilkan justru membuat nya diterima ditengah-tengah masyarakat. Bahkan banyak fans nya yang mengikuti gaya tomboynya tersebut. Meskipun perilaku tomboy dikatakan sebagai perilaku non-konfirmitas, namun Mita terus mempopulerkan gaya rambut bondol dan tomboynya, agar dia tetap diterima oleh fans-fans nya. 



Jadi dapat disimpulkan bahwa ada banyak faktor penyebab mengapa seseorang cenderung berperilaku tomboy. Kita tidak boleh menilai orang hanya dari fisik tanpa tahu latar belakangnya terlebih dahulu. Perempuan tomboy tidak boleh selalu dikaitkan dengan lesbian, namun ada faktor lain yang membuat seseorang berperilaku tomboy. Tentunya hal ini menjadi persoalan yang serius bagi kaum perempuan. Jangan sampai keinginan hanya untuk sekedar bergaya justru bisa mengubah kepribadian diri kita. Meskipun jaman terus berubah, dan fashion pun semakin berkembang, namun kita tidak boleh melupakan kodrat sebagai wanita. Kita tidak boleh menghilangkan identitas kewanitaan dalam diri setiap wanita apapun alasannya.