GAYA
RAMBUT MEMPENGARUHI PERSEPSI TERHADAP PERILAKU
Rambut
adalah mahkota bagi setiap wanita. Untuk mempercantik penampilannya biasanya
para wanita rela menghabiskan waktu dan materi untuk merawat ataupun menata
rambut mereka. Ada berbagai jenis gaya rambut, contohnya rambut lurus,
keriting, gelombang, rambut bob, rambut dengan potongan segi, potongan terap,
dan masih banyak lagi model potongan rambut lainnya seiring perkembangan zaman.
Salah satunya yaitu potongan rambut bondol. Potongan pendek seperti rambut lelaki ini kini sangat diminati oleh para
wanita. Selain membuat kita tidak kegerahan, cara perawatannya juga sangat
mudah, potongan rambut bondol juga menjadikan mereka lebih percaya diri atau
dalam bahasa sehari-harinya yaitu terlihat “keren”.
Jenis
rambut bondol memang sudah ada sejak lama. Namun, dengan seiring berjalannya
waktu, rambut bondol terus semakin berkembang dan diminati oleh kalangan wanita,
terutama wanita yang mempunyai perilaku tomboy.
Tomboy adalah istilah yang sering diberikan
untuk wanita yang bergaya mirip laki-laki, mulai dari gaya berbusana,
berbicara, berdandan, bertingkah laku, sampai aktivitas keseharian yang
dilakukan. Perilaku tomboy memang tidak hanya dipengaruhi dengan gaya rambut
bondol, tetapi lingkungan, ataupun didikan keluarga yang dapat mempengaruhi
perilaku nya untuk bersikap seperti lelaki. Contohnya, ada keluarga yang memperlakukan
anak perempuannya seperti laki-laki karena memandang bahwa jadi lelaki itu jauh
lebih oke dan bergengsi daripada jadi wanita, sehingga membuat si anak
perempuan tersebut tidak percaya diri dengan identitasnya sebagai perempuan.
Contoh realita fenomena lain yang terjadi yaitu
kehidupan seorang artis atau penyanyi dari duo grup The Virgin, yang bernama
Mita. Pentolan gitaris dari grup band The Virgin ini mempunyai ciri khas
penampilan yang berbeda. Ia sangat senang bergaya seperti laki-laki ataupun
gaya tomboy. Kemampuannya dalam memainkan gitar sudah tidak kalah hebatnya
dengan para gitaris laki-laki yang mahir
memainkan gitar, hal itu lah yang membuat Mita dikagumi oleh para fans nya.
Sejak kecil, Mita sudah menjadi pelindung keluarga, karena dirumahnya tak ada sosok pria yang benar. Sampai sekarang, dia tak pernah tahu sosok pribadi yang disebut Ayah. Karena begitu lahir, mita langsung diungsikan ke Bangka, sementara ibu nya yang bernama Emmy Sofyana berada di Jakarta. Sampai suatu saat ketika ia kembali ke Jakarta lagi, ia pun menjumpai ibu nya yang sudah menikah dengan ayah adiknya (adik tiri). Namun, ternyata kehidupan ayah barunya nya tidak bagus juga, karena ayah adiknya itu pengangguran. Walaupun ada ayah barunya , mita tidak merasa ada perubahan yang terjadi dalam kehidupan keluarganya. Sehingga ketika beranjak SMA, mita pun mulai membantu ibunya sedikit demi sedikit, mulai dari ngeband, sampai bekerja di bidang biro jasa. Latar belakang semacam itu lah yang menempatkannya seperti ini , terbentuklah fisiknya yang seperti pria dan batin yang selalu ingin melindungi orang yang dicintai dan disayangi. Karena sejak kecil dia sudah mempunyai tanggung jawab untuk melindungi mama dan kedua adiknya. Selain itu alasan mita menjadi tomboy juga karena dia ingin seperti ibu nya, yang ternyata mempunyai penampilan sangat tomboy. Tapi dia tetap perempuan. Dia hanyalah Mita, seorang perempuan yang menjadi pelindung dan tulang punggung keluarganya. Disisi lain dia seperti perempuan lain yang mellow , cengeng , takut setan , takut cacing. Tapi,kalau menyangkut urusan hidup , dia berubah jadi Mita yang tegar.
Kehidupan para
perempuan tomboy sering kali dikaitkan dengan hal-hal negatif. Banyak
masyarakat yang menganggap bahwa para wanita yang bergaya tomboy kemungkinan
punya perilaku lesbian, dimana mereka mempunyai perasaan suka bahkan cinta
terhadap sesama wanita. Meskipun anggapan tersebut belum bisa dijadikan
penyebab utama dari lesbian, namun anggapan ini didasarkan dari
perilaku yang dilakukan oleh para wanita tomboy yang menjadikan diri mereka layaknya
seorang laki-laki yang menyukai wanita, sehingga tak heran jika perubahan
perilaku tersebut juga bisa mengubah perasaan orang tersebut.
Namun,
dalam ilmu psikologi ada beberapa hal atau penyebab yang membuat seorang
perempuan mempunyai perilaku ataupun bergaya tomboy, yaitu:
1.
Androgini.
adalah sebuah konsep
yang dikembangkan oleh Sandra Bem, seorang psikolog Universitas Stanford pada
tahun 1974. Pada tahun 1977, ia mengeluarkan sebuah inventory pengukuran gender
yang diberi nama The Bem Sex Role Inventory. Berdasarkan respon dari item-item
pada inventory ini, individu diklasifikasikan memiliki salah satu dari
orientasi peran gender: maskulin, feminin, androgini, dan undifferentiated.
Menurutnya,
individu yang feminin adalah seseorang memiliki angka yang tinggi pada sifat
feminin dan memiliki angka rendah dari sifat maskulin, individu yang maskulin
adalah seseorang yang memiliki angka yang tinggi pada sifat maskulin dan
memiliki angka yang rendah pada sifat feminin. Individu androgini adalah
laki-laki atau perempuan yang memiliki angka tinggi pada sifat maskulin dan
feminin. Individu undifferentiated memiliki angka yang rendah pada sifat
maskulin dan femininnya.
Androgini berasal dari
bahasa Yunani yang artinya “andros-” berarti laki-laki dan “gynĂ© -“ berarti
perempuan. Androgini adalah istilah dalam identitas gender dimana seseorang
tidak termasuk dengan jelas ke dalam peran maskulin dan feminin yang ada di
masyarakat. Banyak androgini yang diidentifikasi berada di antara laki-laki dan
perempuan dan juga disebut tidak memiliki gender.
2.
Lesbian
Seperti yang dibahas
sebelumnya, perempuan tomboy juga cenderung menjadi lesbian. Pengertian lesbian
adalah perempuan yang secara psikologis, emosi dan seksual tertarik kepada
perempuan lain. Seorang lesbian tidak memiliki hasrat terhadap gender yang
berbeda/ laki-laki, akan tetapi seorang lesbian hanya tertarik kepada gender
yang sama/perempuan. Mereka berpendapat bahwa istilah lesbian menyatakan
komponen emosional dalam suatu relationship, sedangkan istilah homoseksual
lebih fokus kepada seksualitas. Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang
mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan atau disebut juga
perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional atau
secara spiritual (Matlin, 2004).
Gay atau lesbian
memiliki minat erotis pada anggota gender mereka sendiri, tetapi identitas
gender mereka (perasaan menjadi pria atau wanita) konsisten dengan anatomi seks
mereka sendiri. Mereka tidak memiliki hasrat untuk menjadi anggota gender yang
berlawanan atau merasa jijik pada alat genital mereka, seperti yang dapat kita
temukan pada orang-orang dengan gangguan identitas gender. Jadi, lesbian itu
bukan merupakan gangguan identitas gender, akan tetapi orientasi seksual mereka
yang menyimpang.
3.
Konformitas dan Non-Konformitas
Psikologi Sosial
merupakan ilmu untuk mempelajari tingkah laku manusia yang ditinjau dari
konteks sosial. Dalam ilmu Psikologi sosial ada pengertian mengenai konformitas,
yaitu kesesuaian, kecocokan, keselarasan, dan persesuaian. Konformitas dapat
kita artikan sebagai perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat, dan
mengikuti cara yang terlembagakan dalam masyarakat untuk mencapai tujuan
tersebut. Namun dalam hal ini, perilaku tomboy merupakan perilaku
non-konformitas. Dalam kehidupan bermasyarakat, banyak terdapat norma-norma
sosial yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat yang hidup dalam lingkungan
tersebut, termasuk norma sosial yang diterapkan untuk anak perempuan. Namun
perempuan tomboy menolak untuk patuh terhadap norma sosial yang berlaku untuk
perempuan, dengan berperilaku dan berpenampilan seperti laki-laki. Tidak jarang
mereka mendapat pandangan negatif atas perilaku non-konformitas mereka ini.
4.
Pengaruh Keluarga dan Lingkungan
Keluarga sangat
berperan penting dalam membangun karakter kepribadian seorang anak. Apabila dalam
sebuah keluarga terjadi sebuah masalah, pasti akan mempengaruhi perkembangan
anak selanjutnya. Selain itu, penolakan orang tua terhadap kehadiran seorang
anak yang tidak sesuai dengan keinginan (seorang ayah yang menginginkan anak
laki-laki, namun justru yang lahir adalah anak perempuan) juga akan membuat
anak tidak percaya diri. Sedangkan pengaruh lingkungan, banyak fakta yang
mengatakan lingkungan mempengarui 95% perilaku dan tingkahlaku seseorang. Misal
saja, lingkungan itu terdiri dari 10 cowok-cowok yang kepribadian cowok tulen
yang hoby sepak bola tentunya jika ada 2 atau 1 cewek di lingkungan situ akan
mengikuti para cowok bermain sepak bola dengan segala atributnya. Gaya
penampilan cewek tersebut juga lambat laun akan mengikuti gaya penambilan
cowok, dari cara berbicara, berpakaian, berjalan dan bahkan kehidupan
seksualnya.
Keterkaitan teori
psikologi dengan fenomena yang Mita alami sangatlah berhubungan. Perilaku
tomboy yang ia tunjukan saat ini merupakan bentuk pertahanan dirinya terhadap
masa lalu. Kasih sayang dari sosok seorang ayah yang tidak pernah ia dapat kan,
justru membuat dirinya seakan-akan menjadi sosok seorang ayah yang mampu melindungi
ibu dan kedua adiknya. Perilaku dan gaya tomboy yang Mita tampilkan justru
membuat nya diterima ditengah-tengah masyarakat. Bahkan banyak fans nya yang
mengikuti gaya tomboynya tersebut. Meskipun perilaku tomboy dikatakan sebagai
perilaku non-konfirmitas, namun Mita terus mempopulerkan gaya rambut bondol dan
tomboynya, agar dia tetap diterima oleh fans-fans nya.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa ada banyak faktor penyebab mengapa seseorang cenderung
berperilaku tomboy. Kita tidak boleh menilai orang hanya dari fisik tanpa tahu
latar belakangnya terlebih dahulu. Perempuan tomboy tidak boleh selalu
dikaitkan dengan lesbian, namun ada faktor lain yang membuat seseorang
berperilaku tomboy. Tentunya hal ini menjadi persoalan yang serius bagi kaum perempuan.
Jangan sampai keinginan hanya untuk sekedar bergaya justru bisa mengubah
kepribadian diri kita. Meskipun jaman terus berubah, dan fashion pun semakin
berkembang, namun kita tidak boleh melupakan kodrat sebagai wanita. Kita tidak
boleh menghilangkan identitas kewanitaan dalam diri setiap wanita apapun
alasannya.