Selasa, 31 Maret 2015

Tugas 2. Psikoterapi



A.    Perbedaan antara Psikoterapi dan Konseling

Psikoterapi dan komseling sekilas mempunyai kesamaan, namun sebenarnya psikoterapi dan konseling mempunyai perbedaan. Hal tersebut dikemukakan oleh beberapa tokoh dibawah ini:

Perbedaan pertama dikutip dari uraian Brammer & Shostrom (Gunarsa, Singgih. D, 1996) yang mengemukakan bahwa :
1.      Konseling ditandai oleh adanya terminology seperti: “educational, vocational, supportive, situational, problem solving, conscious awareness, normal, present-time, dan short-term”.
2.      Sedangkan psikoterapi ditandai oleh: “supportive (dalam keadaan krisis), reconstructive, depthemphasis, analytical, focus on the past neurotics and other severe emotional problems and longterm.”

Perbedaan kedua disimpulkan oleh Pallone dan Patterson yang dikutip oleh Thompson dan Rudolph (Gunarsa, Singgih. D, 1996) sebagai berikut :
Konseling untuk
Psikoterapi untuk
Klien
Pasien
Gangguan yang kurang serius
Gangguan yang serius
Masalah: (Jabatan, pendidikan, dll)
Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan
Berhubungan dengan pencegahan
Berhubungan dengan penyembuhan
Lingkungan pendidikan dan non medis
Lingkungan medis
Berhubungan dengan kesadaran
Berhubungan dengan ketidaksadaran
Metode pendidikan
Metode penyembuhan

B.     Bentuk-bentuk utama dari terapi
Dalam psikoterapi hal yang paling umum dimengerti adalah kata terapi. Adapun Terapi atau pengobatan, adalah remediasi masalah kesehatan, biasanya mengikuti diagnosis. Orang yang melakukan terapi disebut sebagai terapis. Dalam bidang medis, kata terapi sinonim dengan kata pengobatan. Untuk lebih memperjelas seperti apa terapi tersebut, maka dibawah ini akan dibahas mengenai bentuk-bentuk utama dari terapi (Markam, S.L.S., Sumarmo, 2007), yaitu :
1.   Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat perilaku penyesuaian diri klien yang sudah baik, memberi dukungan psikologis dan menghindari diri dari usaha untuk menggali apa yang ada dalam alam bawah sadar klien. Alasan penghindaran karena kalau akan “dibongkar” ketidaksadarannya, klien ini mungkin akan menjadi lebih parah dalam penyesuaian dirinya. Psikoterapi suportif biasanya dilakukan untuk memberikan dukungan pada klien untuk tetap bertahan menghadapi kesulitannya.
2.    Psikoterapi reedukatif bertujuan untuk mengubah pikiran atau perasaan klien agar ia dapat berfungsi lebih efektif. Terapis mengajak klien atau pasien untuk mengkaji ulang keyakinan kilen, mendidik kembali agar ia dapat menyesuaikan diri lebih baik setelah mempunyai pemahaman yang baru atas persoalannya. Terapis tidak hanya membatasi diri membahas kesadaran saja, namun juga tidak terlalu menggali ketidaksadaran. Psikoterapi jenis reedukatif ini biasanya yang terjadi dalam konseling.
3.     Psikoterapi rekonstruktif bertujuan untuk mengubah seluruh kepribadian pasien/klien, dengan menggali ketidaksadaran klien, menganalisis mekanisme defensif yang patologis, member pemahaman akan adanya proses-proses tak sadar dan seterusnya. Psikoterapi jenis ini berkaitan dengan pendekatan psikoanalisis dan biasanya berlangsung intensif dalam waktu yang sangat lama.

Sumber:
Gunarsa, Singgih D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : BPK Gunung Mulia
Markam, S.L.S., Sumarmo. (2007). Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar